Beli Reksa Dana Harga NAB-nya Saat Masih Rendah Lebih Menguntungkan?
- By : S Grevina
- Category : Tak Berkategori
- Tags: aset kripto, hati-hati penipuan, Investor institus, Investor Retail, keuangan 2023, Keuangan keluarga, mengatasnamakan Samuel Aset Manajemen, modus penipuan, Press Release, Prof Dr Budi Frensidy, resolusi 2023, tips keuangan

Dalam dunia investasi reksa dana, kita akan sering menemui istilah Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan (disingkat NAB/UP). NAB/UP adalah harga suatu reksadana yang menjadi tolok ukur atau acuan perhitungan harga dari suatu reksadana. NAB/UP menjadi patokan setiap kita mau melakukan transaksi pembelian, penjualan atau pengalihan (switching).
Besaran NAB/UP di setiap produk reksadana tentu berbeda. Ada yang nilainya Rp 1.500 NAB/UP, ada juga yang nominalnya besar Rp 17.000 NAB/UP. Besar kecilnya nominal NAB/UP ini, oleh sebagian investor dijadikan murah atau mahalnya harga sebuah produk reksadana. Anggapannya, kalau nominal rendah dianggap murah dan harga yang tinggi dianggap mahal. Selanjutnya sering didengar kalau harga yang tinggi tersebut akan lebih sulit memberikan imbal hasil (return) ke investor. Sedangkan harga yang rendah akan lebih mudah naik dan memberikan keuntungan.
Pemahaman keliru murah-mahalnya Reksadana
Anggapan di atas adalah salah. Karena yang menentukan perubahan harga reksadana bukanlah harganya melainkan kesuksesan strategi manajer investasi sebagai pengelola dana dan kondisi harga pasar. Mau di harga berapapun, sepanjang saham dan obligasi yang terdapat di dalam aset portofolio produk reksadana, maka harga reksadana juga akan naik dan sebaliknya.
Tingginya NAB/UP suatu reksadana disebabkan aset-aset dalam portofolio reksadana tersebut telah mengalami kenaikan. Sehingga pada umumnya, NAB/UP reksadana yang masih baru terbit umum lebih kecil dibandingkan dengan reksadana yang sudah lebih lama diluncurkan.
Unit Penyertaan adalah satuan yang digunakan dalam investasi reksadana. Jika kita mempunyai dana Rp 2 juta untuk membeli dua produk reksadana A dan reksadana B masing-masing Rp 1 juta. Reksadana A diketahui NAB/UP-nya adalah RP 1.000 maka kita akan mendapat 1.000 unit penyertaan reksadana A. Sedangkan, reksadana B, NAB/UP-nya adalah RP 2.500 maka kita akan mendapat 400 unit penyertaan reksadana B.
Nominal total investasi kita tetap Rp 2 juta dengan rincian Rp 1 juta (1.000 unit penyertaan) di reksadana A dan Rp 1 juta (400 unit penyertaan) di reksadana B. Keuntungan akan didapat dari selisih harga (NAB/UP) antara penjualan dan pembelian.
Contoh lainnya tentang kinerja produk reksadana tidak terpengaruh dari besar dan kecilnya nominal NAB/unit bisa dicek fund fact sheet dua produk reksadana milik PT Samuel Aset Manajemen (SAM). Kedua produk reksadana tersebut adalah SAM Indonesian Equity Fund yang memiliki NAB/Unit sebesar Rp 2.471,87 (per 11 Juli 2019) dan SAM Beta Plus Equity Fund yang memiliki NAB/Unit sebesar Rp 1.078,23 (per 11 Juli 2019).
Kedua produk reksadana SAM ersebut sama-sama berjenis reksadana saham. Jika melihat kinerja masing-masing produk year to date (1 Januari – 11 Juli 2019), SAM Indonesian Equity Fund memiliki kinerja yang lebih baik yakni tumbuh 11,06% sedangkan SAM Beta Plus Equity Fund tumbuh 8,48%. Padahal NAB/Unit SAM Indonesian Equity Fund lebih besar.
Karena imbal hasil dari reksadana adalah selisih antara NAB/UP saat jual dan beli, maka berapa pun NAB/UP reksadana yang kita pilih tidak masalah. Yang perlu kita pantau adalah imbal hasil dari reksadana yang kita pilih dan kestabilan reksadana tersebut dalam memberikan imbal hasil.
Dalam berbagai teori tentang reksadana, yang umumnya dihitung adalah penilaian kinerja bukan valuasi mahal atau murah. Adapun yang dimaksud dengan penilaian kinerja adalah seberapa baik kinerja reksadana dibandingkan produk sejenis.
Jadi jangan terkecoh lagi soal harga mahal dan murah ya. Selamat berinvestasi!